Kartu Nama dan Bar
Bayangkan seorang pria duduk sendirian di bar New York. Bukan bar mewah di Manhattan dengan cocktail $20. Ini bar biasa, tempat orang datang setelah bekerja untuk melupakan hari yang panjang.
Pria ini adalah Hugh MacLeod, seorang copywriter iklan yang hidup di YMCA—asrama murah untuk orang-orang yang tidak punya banyak uang. Ia baru saja menghabiskan sepuluh jam menulis copy iklan yang membosankan untuk klien yang tidak peduli.
Ia jenuh. Frustrasi. Merasa bahwa kreativitasnya mati perlahan di bawah tuntutan pekerjaan korporat.
Lalu, sambil menunggu minumannya, ia mengambil sebuah kartu nama kosong dari sakunya—kartu-kartu yang setiap orang di dunia bisnis punya tapi tidak pernah benar-benar digunakan—dan mulai menggambar.
Bukan sketsa rumit. Hanya kartun sederhana dengan beberapa kata sarkastis di bawahnya. "Tidak ada yang peduli dengan album jazz-mu."
Ia tersenyum sendiri. Menggambar lagi. Dan lagi.
Kartu nama kecil itu menjadi kanvasnya. Bar menjadi studionya. Dan tanpa ia sadari, ia baru saja menemukan medium yang akan mengubah hidupnya.
Bertahun-tahun kemudian, kartun-kartun kecil di kartu nama itu akan dilihat oleh jutaan orang di blognya, gapingvoid.com. Ia akan menjadi penulis bestseller, pembicara, konsultan, dan artis yang karyanya dibeli oleh perusahaan-perusahaan besar.
Tapi lebih penting dari semua itu: ia menemukan suaranya sendiri.
Dan pelajaran pertama yang ia pelajari dalam perjalanan itu—pelajaran yang menjadi judul bukunya—adalah ini:
Abaikan semua orang.
Bagian 1: Mengabaikan Semua Orang (Dan Mengapa Itu Perlu)
Semakin Unik Ideamu, Semakin Buruk Nasihat yang Akan Kamu Dapat
Ini terdengar kontra-intuitif. Kita dibesarkan dengan keyakinan bahwa kita harus mendengarkan nasihat orang lain—orang tua, guru, bos, teman—orang-orang yang lebih berpengalaman, lebih bijaksana, lebih sukses.
Tapi Hugh MacLeod menemukan paradoks yang aneh: Semakin original ideamu, semakin tidak berguna nasihat orang lain.
Mengapa?
Karena untuk memberikan nasihat yang baik, seseorang perlu memahami sepenuhnya apa yang kamu coba lakukan. Mereka perlu melihat visimu dengan jelas.
Tapi jika ideamu benar-benar baru—jika belum ada yang melakukannya sebelumnya—bagaimana orang lain bisa memahaminya? Mereka tidak punya frame of reference. Tidak ada konteks. Tidak ada preseden.
Ketika Jackson Pollock pertama kali membuat drip paintings-nya—lukisan abstrak dengan tetesan cat yang terlihat acak—orang-orang bingung. "Ini bukan seni," kata mereka. "Anak kecil bisa melakukan ini."
Jika Pollock mendengarkan nasihat mereka, ia tidak akan pernah menciptakan karya-karya yang sekarang dipajang di museum terbaik dunia.
Ketika Picasso menggambar wajah dengan mata di tempat yang salah dan hidung yang tidak proporsional, kritikus mentertawakannya. "Ini jelek," kata mereka.
Tapi itulah tepatnya intinya. Picasso tidak mencoba membuat lukisan "cantik" menurut standar lama. Ia menciptakan cara baru untuk melihat.
Teman-temanmu Mencintaimu Apa Adanya Sekarang
Berikut adalah kebenaran yang menyakitkan: Teman-temanmu mencintaimu karena siapa kamu sekarang. Ketika kamu berubah—ketika ideamu yang original mulai mengubahmu—itu mengancam hubungan kalian.
Ide yang baik mengubah keseimbangan kekuatan dalam hubungan.
Bayangkan kamu dan teman-temanmu adalah kelompok karyawan kantoran biasa. Kalian nongkrong setiap Jumat malam, mengeluh tentang bos, bercanda tentang pekerjaan yang membosankan, bermimpi tentang liburan berikutnya.
Lalu suatu hari, kamu memutuskan untuk memulai bisnis sampingan. Kamu mulai bangun jam 5 pagi untuk mengerjakan proyekmu sebelum ke kantor. Kamu melewatkan happy hour Friday karena sibuk membangun sesuatu.
Teman-temanmu akan merasa ditinggalkan. Bahkan jika mereka mendukungmu secara verbal, di dalam hati ada rasa tidak nyaman. "Siapa dia sekarang? Kenapa dia berpikir dia lebih baik dari kita?"
Ini bukan karena mereka orang jahat. Ini sifat manusia. Ketika seseorang dalam kelompokmu mulai berubah dan tumbuh, itu membuat yang lain merasa stuck.
Hugh MacLeod mengatakan dengan blak-blakan: Beberapa teman akan pergi. Dan itu tidak apa-apa.
Orang-orang yang benar-benar peduli padamu akan mendukung evolusimu, meskipun mereka tidak sepenuhnya memahami apa yang kamu lakukan. Mereka yang hanya nyaman dengan versi lama dirimu—mereka bukan teman sejati.
Watercooler Gang
Hugh menyebut mereka "Watercooler Gang"—orang-orang di kantor yang menghabiskan waktu di sekitar dispenser air, mengeluh tentang semuanya dan tidak melakukan apa-apa untuk mengubah situasi mereka.
Mereka adalah musuh kreativitas.
Ketika kamu punya ide bagus, Watercooler Gang akan selalu punya alasan mengapa itu tidak akan berhasil:
"Sudah pernah dicoba." "Terlalu berisiko." "Kamu tidak punya pengalaman." "Timing-nya salah." "Kamu akan gagal."
Mereka bukan orang jahat. Mereka hanya takut. Dan ketakutan mereka menular.
Hindari mereka. Jangan duduk di meja mereka saat makan siang. Jangan terlibat dalam percakapan negatif mereka. Jangan biarkan skeptisisme mereka merembes ke dalam jiwamu.
Kelilingi dirimu dengan orang-orang yang sedang membangun sesuatu, yang mengambil risiko, yang berani gagal.
Bagian 2: Kedaulatan di Atas Konten
Idenya Tidak Harus Besar. Idenya Hanya Harus Milikmu.
Ini adalah salah satu insight paling powerful dari Hugh MacLeod:
Kedaulatan yang kamu miliki atas karyamu akan menginspirasi lebih banyak orang daripada konten aktual itu sendiri.
Apa artinya?
Artinya: orang tidak jatuh cinta pada karyamu karena sempurna, atau karena paling pintar, atau paling canggih.
Orang jatuh cinta karena mereka merasakan kamu di dalamnya. Mereka merasakan suara yang asli, perspektif yang unik, keberanian untuk mengatakan sesuatu yang hanya kamu yang bisa katakan dengan cara kamu.
Hugh menggambar kartun sederhana di kartu nama. Secara teknis, banyak artis yang lebih baik. Tapi tidak ada yang menggambar seperti Hugh. Gayanya—cynical, sarkastis, wise, funny—adalah miliknya sendiri.
Hemingway menulis dengan kalimat pendek dan sederhana. Banyak penulis yang lebih "puitis." Tapi tidak ada yang terdengar seperti Hemingway.
Picasso melukis dengan gaya yang bisa dikenali dalam sekejap mata. Beethoven menciptakan simfoni yang tidak mungkin dikacaukan dengan komposer lain.
Bagian dari menjadi master adalah belajar bernyanyi dengan suara tidak ada orang lain kecuali suaramu sendiri.
Jangan mencoba menjadi versi lebih baik dari orang lain. Jadilah versi terbaik dari dirimu sendiri.
Jangan Mencoba Menonjol dari Kerumunan. Hindari Kerumunan Sama Sekali.
Ada 250,000 orang muda berbakat mencoba masuk ke Hollywood setiap tahun. Mereka semua mengirim headshot yang sama, menghadiri audisi yang sama, berharap pada keajaiban yang sama.
Peluang berhasil? Mikroskopis.
Mengapa? Karena mereka semua bermain permainan yang sama. Mengikuti aturan yang sama. Menunggu seseorang yang berkuasa untuk "menemukan" mereka.
Hugh MacLeod punya saran yang berbeda: Jangan ikuti permainan itu sama sekali.
Daripada mencoba menjadi aktor Hollywood yang ke-250,001, kenapa tidak membuat film independenmu sendiri? Posting di YouTube? Bangun audiens lewat social media? Ciptakan peluangmu sendiri?
Semua model bisnis yang ada adalah salah. Temukan yang baru.
Industri musik tradisional sudah mati. Record labels tidak lagi punya kekuatan yang dulu mereka punya. Artis sekarang bisa merilis musik mereka sendiri, membangun fanbase lewat Spotify dan Instagram, dan tur tanpa perlu blessing dari Sony atau Universal.
Industri penerbitan berubah. Kamu tidak perlu menunggu Random House untuk menerbitkan bukumu. Kamu bisa self-publish di Amazon, membangun newsletter dengan ribuan subscribers, dan menghasilkan lebih banyak dari advance yang akan diberikan penerbit tradisional.
Hindari kerumunan. Buat jalurmu sendiri.
Bagian 3: Kerja Keras, Waktu, dan Jam Terbang
Kamu Harus Memasukkan Jam-jamnya
Tidak ada jalan pintas untuk menjadi baik dalam sesuatu.
Malcolm Gladwell terkenal dengan "10,000 hours rule"—ide bahwa untuk benar-benar master dalam sesuatu, kamu perlu 10,000 jam latihan.
Hugh MacLeod tidak peduli dengan angka spesifik. Tapi ia tahu satu hal: Orang yang bekerja paling lama, paling keras, biasanya menang pada akhirnya.
Bakat alami? Ya, itu membantu. Tapi jam terbang lebih penting.
Kamu bisa lahir dengan suara yang bagus, tapi tanpa ribuan jam latihan, kamu tidak akan pernah menjadi penyanyi kelas dunia.
Kamu bisa punya "mata" alami untuk komposisi, tapi tanpa ribuan foto diambil dan dipelajari, kamu tidak akan pernah menjadi fotografer hebat.
Hugh menghabiskan bertahun-tahun menggambar kartun di bar—tidak untuk uang, tidak untuk pujian, hanya karena ia perlu melakukannya. Ribuan kartun. Kebanyakan buruk. Beberapa lumayan. Sedikit yang bagus.
Tapi tanpa ribuan yang buruk, yang bagus tidak akan pernah ada.
Kesabaran
Butuh waktu lama untuk menemukan suara kreatifmu sendiri.
Ketika kamu mulai—apakah itu menulis, melukis, bermain musik, coding, apapun—kamu akan buruk. Sangat buruk.
Dan itu membuat frustrasi karena kamu punya taste. Kamu tahu apa yang bagus. Kamu bisa mengenali karya hebat ketika melihatnya.
Tapi karya yang kamu ciptakan? Masih jauh dari hebat.
Ini disebut "taste gap" oleh Ira Glass: Kamu punya taste yang bagus, tapi skill-mu belum mengejar taste-mu.
Satu-satunya cara menutup gap itu adalah dengan terus bekerja. Terus menciptakan. Terus gagal dan belajar.
Bersabarlah. Ini bukan tentang menjadi sukses. Ini tentang menciptakan karya terbaik yang mungkin selama kamu di bumi ini.
Bagian 4: Seks dan Cash—Dilema Setiap Artis
Uang vs Passion
Setiap artis menghadapi tension ini: Apa yang kamu ingin lakukan (seks) vs apa yang membayar tagihan (cash).
Hugh MacLeod sangat blak-blakan tentang ini: Begitu kamu menerima tension ini, karirmu akan bergerak lebih cepat.
Berhenti berpura-pura bahwa kamu bisa melakukan passion project full-time sejak hari pertama. Berhenti merasa bersalah karena punya "day job."
Faktanya adalah: kebanyakan artis hebat punya pekerjaan lain untuk waktu yang lama.
T.S. Eliot bekerja di bank. Wallace Stevens adalah eksekutif asuransi. Philip Glass adalah tukang ledeng sampai usia 40-an. Toni Morrison adalah editor.
Mereka tidak menunggu sampai mereka bisa "afford" menjadi artis full-time. Mereka menciptakan karya mereka di sela-sela—pagi hari, malam hari, akhir pekan.
Jangan Berhenti dari Pekerjaan Harianmu
Ini mungkin nasihat paling counter-intuitive dari Hugh: Jangan berhenti dari pekerjaan harianmu.
Tunggu, bukankah setiap buku motivasi bilang "ikuti passion-mu, lompat, jaring akan muncul"?
Hugh bilang itu omong kosong berbahaya.
Mengapa? Karena ketika seni-mu harus membayar semua tagihanmu, kamu kehilangan kebebasan kreatif.
Bayangkan kamu seorang penulis yang berhenti dari pekerjaan untuk menulis novel. Sekarang novel itu HARUS sukses. HARUS terjual. HARUS menghasilkan uang—atau kamu tidak bisa makan.
Tekanan itu akan membunuh kreativitasmu. Kamu akan mulai membuat keputusan berdasarkan "apa yang akan laku" daripada "apa yang benar untuk karya ini."
Sebaliknya, jika kamu punya pekerjaan yang membayar tagihan, seni-mu bisa tetap murni. Kamu bisa mengambil risiko. Kamu bisa eksperimen. Kamu bisa gagal tanpa konsekuensi finansial yang menghancurkan.
"Tapi," kamu protes, "bagaimana aku punya waktu untuk karya kreatifku jika aku harus bekerja 40 jam seminggu?"
Hugh menjawab: Kamu buat waktu. Kamu bangun jam 5 pagi. Kamu menggambar di bar setelah kerja. Kamu menulis di akhir pekan.
Jika kamu benar-benar peduli, kamu akan menemukan waktu.
Dan berikut yang indah: ketika kamu tidak desperate untuk uang, karya terbaik-mu muncul. Dan paradoksnya adalah—karya terbaik itu yang akhirnya akan menghasilkan uang.
Bagian 5: Penemuan dan Kesuksesan yang Palsu
Tidak Ada yang "Ditemukan" Tiba-tiba
Hollywood mencintai cerita ini: seorang waitress sedang melayani di diner ketika seorang director masuk, melihatnya, dan berkata, "Kamu sempurna untuk film saya!" Seminggu kemudian ia jadi bintang.
Atau: seorang band bermain di bar kecil ketika seorang A&R dari label besar kebetulan lewat, mendengarkan mereka, dan menandatangani mereka dengan kontrak jutaan dolar.
Cerita-cerita ini menjual majalah. Tapi mereka berbohong.
Tidak ada yang "ditemukan" tiba-tiba. Semua hal dibuat perlahan dan dengan rasa sakit.
Ketika publisher "menemukan" penulis, biasanya penulis itu sudah menulis selama 10 tahun dan punya blog dengan ribuan pembaca.
Ketika investor "menemukan" startup, biasanya founder sudah mengerjakan produk selama bertahun-tahun dan punya traction yang jelas.
Overnight success yang sebenarnya adalah 10 tahun dalam pembuatan.
Jika rencana bisnismu bergantung pada "ditemukan" oleh orang besar, rencanamu hampir pasti akan gagal.
Jangan menunggu. Mulai sekarang. Posting karyamu online. Bangun audiens kecil. Iterasi. Belajar. Tumbuh.
Dan suatu hari—setelah ribuan jam kerja—orang akan bilang kamu "beruntung" atau "ditemukan." Dan kamu akan tersenyum karena tahu kebenaran sebenarnya.
Sell Out Lebih Sulit dari yang Terlihat
Banyak artis khawatir tentang "selling out"—mengkompromikan visi mereka untuk uang.
Hugh punya perspektif yang menarik: Selling out sebenarnya lebih sulit dari yang kamu kira.
Mengapa? Karena mengencerkan produkmu untuk membuatnya lebih komersial justru akan membuat orang lebih tidak menyukainya.
Ketika kamu mencoba menyenangkan semua orang, kamu tidak menyenangkan siapa-siapa.
Band indie yang tiba-tiba membuat album pop generic karena label menginginkannya? Fans lama mereka merasa dikecewakan. Fans pop mainstream tidak peduli karena ada 100 band pop lain yang lebih baik.
Penulis yang mengubah novel literernya menjadi thriller formula karena agent bilang "itu yang laku"? Karya kehilangan jiwanya. Dan tetap tidak laku karena pembaca thriller bisa merasakan bahwa itu tidak authentic.
Keautentikan adalah aset terbesarmu. Jangan jual itu.
Lebih baik punya 1,000 fans sejati yang cinta karyamu apa adanya daripada 100,000 casual followers yang tidak peduli.
Bagian 6: Hidup Sederhana, Ide Berkembang
Semakin Sedikit yang Bisa Kamu Hidupi, Semakin Besar Peluang Ideamu Berhasil
Ini adalah nasihat praktis yang jarang dibicarakan: Hidup di bawah kemampuanmu.
Hugh mengalami ini secara langsung. Ketika ia bekerja di industri periklanan New York, ia menghasilkan uang bagus. Tapi ia juga menghabiskan banyak—apartemen mahal, makan di luar setiap malam, gaya hidup NYC yang ekstravagant.
Ketika ekonomi buruk dan pekerjaan mengering, ia dalam masalah. Tidak punya cadangan. Tidak punya buffer.
Sebaliknya, jika ia hidup sederhana—apartemen kecil, masak sendiri, gaya hidup minimalis—ia akan punya runway lebih panjang. Ia bisa bertahan lebih lama ketika transisi dari copywriter ke artis.
Frugality memberikan kebebasan.
Ketika kebutuhanmu kecil, kamu tidak desperate. Kamu bisa menolak proyek yang tidak align dengan visimu. Kamu bisa mengambil risiko kreatif.
Ketika kebutuhanmu besar, kamu jadi slave untuk uang. Kamu harus mengambil setiap pekerjaan yang datang. Kamu tidak bisa eksperimen.
Ini benar bahkan setelah kamu "berhasil." Seniman yang terus hidup sederhana bisa terus mengambil risiko kreatif. Yang terjebak dalam gaya hidup mahal harus terus menghasilkan uang dan kehilangan edge mereka.
Nikmati Ketidakjelasan Selagi Masih Ada
Ketika tidak ada yang tahu siapa kamu, kamu punya kebebasan total.
Kamu bisa gagal dan tidak ada yang peduli. Kamu bisa eksperimen tanpa penilaian. Kamu bisa mengubah arah 180 derajat besok jika kamu mau.
Begitu kamu "berhasil"—begitu kamu punya nama, reputasi, ekspektasi—semuanya berubah.
Sekarang kamu punya audiens yang mengharapkan hal tertentu. Kamu punya brand untuk dijaga. Kamu punya pressure untuk konsisten.
Hugh menasihati: Nikmati ketidakjelasan selagi masih ada. Karena sekali kamu berhasil, karya-mu tidak akan pernah sama lagi.
Ini bukan untuk mengatakan kesuksesan itu buruk. Tapi ada kebebasan unik dalam ketidakjelasan yang tidak akan pernah kamu dapatkan kembali.
Bagian 7: Kreativitas Adalah Natural State
Semua Orang Dilahirkan Kreatif
Hugh punya observasi yang brilliant:
Semua orang diberi kotak crayon di TK. Lalu ketika kamu remaja, mereka mengambil crayon itu dan menggantinya dengan buku aljabar yang kering dan tidak menginspirasi.
Kreativitas bukan sesuatu yang beberapa orang "punya" dan yang lain tidak. Kreativitas adalah natural state semua manusia.
Tonton anak kecil bermain. Mereka menggambar. Mereka membuat cerita. Mereka membangun kastil dari kotak. Mereka tidak khawatir apakah itu "bagus" atau tidak. Mereka hanya create.
Lalu sistem pendidikan dan ekspektasi sosial perlahan membunuh itu. Kita diberitahu ada "cara yang benar" untuk melakukan sesuatu. Bahwa kreativitas adalah luxury, bukan necessity. Bahwa kita harus "realistis."
Ketika orang dewasa tiba-tiba merasa "creative bug" menyerang mereka di usia 30-an atau 40-an, itu bukan sesuatu yang baru. Itu hanya suara kecil yang mengatakan: "Aku ingin crayon-ku kembali, tolong."
Jika Kamu Tidak Melihat Dirimu Sebagai Kreatif, Itu Adalah Batasan yang Kamu Berikan pada Dirimu Sendiri
Tidak ada orang yang "tidak kreatif." Hanya ada orang yang menekan kreativitas mereka.
"Tapi aku tidak bisa menggambar," kamu bilang.
Oke. Tapi bisakah kamu menulis? Memasak? Coding? Berkebun? Mendekorasi? Memecahkan masalah dengan cara unik?
Kreativitas bukan hanya tentang seni. Kreativitas adalah tentang membuat sesuatu yang tidak ada sebelumnya.
Seorang engineer yang menemukan solusi elegant untuk masalah teknis? Itu kreatif. Seorang guru yang menemukan cara baru untuk menjelaskan konsep sulit? Itu kreatif. Seorang ibu yang menemukan cara membuat anak-anaknya makan sayur? Itu kreatif.
Hanya kamu yang bisa memutuskan apakah kamu membawa batasan "aku tidak kreatif" itu selamanya atau tidak.
Bagian 8: Mount Everest Pribadimu
Semua Orang Punya Gunung untuk Didaki
Hugh menulis salah satu passage paling powerful dalam bukunya:
"Setiap orang punya Mount Everest pribadi mereka sendiri yang mereka ditempatkan di bumi ini untuk mendaki. Kamu mungkin tidak pernah mencapai puncak; untuk itu kamu akan dimaafkan. Tapi jika kamu tidak paling tidak membuat satu usaha serius untuk naik di atas garis salju, bertahun-tahun kemudian kamu akan menemukan dirimu berbaring di ranjang kematianmu, dan semua yang akan kamu rasakan adalah kekosongan."
Baca itu lagi.
Setiap orang punya sesuatu yang mereka di sini untuk lakukan. Sebuah proyek. Sebuah karya. Sebuah kontribusi.
Mungkin bukan menulis novel. Mungkin membangun bisnis. Atau meningkatkan komunitas. Atau menemukan cara baru untuk mengajar.
Apapun itu, kamu tahu apa itu. Di dalam hatimu, kamu tahu.
Dan jika kamu tidak mencobanya—jika kamu membiarkan ketakutan atau keraguan atau "kewajaran" menghentikanmu—kamu akan menyesalinya.
Bukan mungkin. Pasti.
Karena penyesalan terbesar dalam hidup bukan tentang apa yang kita coba dan gagalkan. Penyesalan terbesar adalah tentang apa yang tidak pernah kita coba sama sekali.
Bagian 9: Nasihat Praktis untuk Survive sebagai Kreatif
Kerja Keras. Terus Lakukan. Hidup Sederhana. Tetap Rendah Hati.
Hugh tidak memberikan formula ajaib. Ia memberikan kebenaran sederhana yang tidak sexy tapi bekerja:
Kerja keras. Tidak ada jalan pintas. Masukkan jam-jamnya.
Terus lakukan. Konsistensi mengalahkan intensitas. Lebih baik menulis 200 kata setiap hari selama setahun daripada 10,000 kata sekali lalu berhenti.
Hidup sederhana dan tenang. Minimalkan drama dan distraksi. Fokus pada karya.
Tetap rendah hati. Kesombongan membunuh pembelajaran. Stay curious. Stay humble.
Tetap positif. Negativitas adalah virus. Jagalah optimisme bahkan ketika sulit.
Ciptakan keberuntunganmu sendiri. Keberuntungan bukan acak. Keberuntungan adalah hasil dari banyak mencoba, banyak bertemu orang, banyak mengatakan yes.
Bersikaplah baik. Bersikaplah sopan. Reputasimu adalah aset. Jangan merusaknya dengan menjadi jerk. Industri kreatif lebih kecil dari yang kamu kira. Semua orang terhubung.
Props Tidak Membuat Karya Hebat
Kamu tidak perlu MacBook Pro terbaru untuk menulis. Kamu tidak perlu kamera $5,000 untuk mengambil foto bagus. Kamu tidak perlu studio mewah untuk membuat musik.
Abraham Lincoln menulis dengan pen dan kertas sederhana. Hemingway menulis dengan fountain pen. Van Gogh jarang menggunakan lebih dari 6 warna.
Berhenti menunggu alat yang "sempurna." Mulai dengan apa yang kamu punya.
Prokr astinasi sering menyamar sebagai persiapan. "Aku akan mulai begitu aku punya X." Itu bohong yang kita katakan pada diri sendiri.
Hugh memulai dengan kartu nama kosong. Itu saja. Tidak ada yang lebih sederhana.
Writer's Block Adalah Gejala
Writer's block—atau bentuk creative block apapun—bukan penyakit misterius.
Itu hanya gejala dari perasaan bahwa kamu tidak punya sesuatu untuk dikatakan, dikombinasikan dengan ide aneh bahwa kamu harus merasa perlu mengatakan sesuatu.
Jika kamu punya sesuatu untuk dikatakan, katakan. Jika tidak, jangan.
Jangan memaksakan kreativitas. Biarkan mengalir natural. Terus bekerja, dan ide akan datang.
Penutup: Permission yang Kamu Tunggu
Kamu tahu apa yang paling powerful tentang buku ini?
Hugh MacLeod tidak memberikan permission. Ia menunjukkan bahwa kamu tidak perlu permission.
Kamu tidak perlu permission dari guru seni untuk menyebut dirimu artis. Kamu tidak perlu permission dari publisher untuk menyebut dirimu penulis. Kamu tidak perlu permission dari siapapun untuk menciptakan sesuatu dan membaginya dengan dunia.
Internet telah mendemokratisasi kreativitas. Kamu tidak perlu middleman lagi.
Ingin jadi penulis? Mulai blog. Tulis setiap hari. Posting online. Ingin jadi fotografer? Posting di Instagram. Bangun portfolio. Ingin jadi musisi? Upload ke Spotify. Bangun fanbase di TikTok.
Kamu bisa melewati gatekeeper dan langsung ke audiens.
Akan mudah? Tidak. Akan cepat? Tidak. Akan ada yang menjamin kesuksesan? Tidak.
Tapi setidaknya kamu punya kontrol. Kamu punya ownership. Kamu punya kedaulatan atas karyamu.
Dan seperti yang Hugh katakan: Kedaulatan itu—kebebasan untuk create tanpa compromise—akan menginspirasi lebih banyak orang daripada konten itu sendiri.
Epilog: Kartun di Kartu Nama
Kembali ke Hugh di bar itu—copywriter frustrasi yang menggambar di kartu nama.
Ia tidak tahu bahwa kartun-kartun kecil itu akan menjadi sesuatu. Ia tidak punya rencana bisnis. Tidak ada strategi marketing. Tidak ada harapan untuk "berhasil."
Ia hanya perlu create. Perlu mengeluarkan sesuatu yang di dalam dirinya.
Dan karena ia melakukannya untuk alasan yang benar—bukan untuk uang, bukan untuk fame, bukan untuk impress siapapun—karya itu authentic. Real. Powerful.
Bertahun-tahun kemudian, ketika jutaan orang membaca blognya dan membeli bukunya dan menggunakan desainnya, orang bertanya: "Bagaimana kamu melakukannya?"
Jawabannya sederhana:
Ia mengabaikan semua orang yang bilang itu tidak mungkin. Ia memasukkan jam-jamnya. Ia tidak menyerah. Ia menemukan suaranya sendiri. Dan ia membagikan karya itu dengan dunia.
Tentang Buku Asli
Ignore Everybody: and 39 Other Keys to Creativity diterbitkan pada 2009 dan dengan cepat menjadi bestseller untuk kreatif di mana-mana.
Hugh MacLeod adalah kartun, blogger, penulis, dan entrepreneur dari Skotlandia yang tinggal di Texas. Setelah lebih dari dekade bekerja sebagai copywriter iklan, ia mulai mempublikasikan "kartun yang digambar di belakang kartu nama" online, yang akhirnya ia ubah menjadi pekerjaan full-time.
Blognya, gapingvoid.com, memiliki lebih dari 1,5 juta pembaca bulanan. Ia sekarang menjalankan perusahaan yang membuat art custom untuk klien korporat besar.
Buku ini dilahirkan dari postingan blog "How to be Creative" yang di-download lebih dari satu juta kali—membuat salah satu post paling populer di internet awal.
Ignore Everybody berisi 40 "keys to creativity"—pelajaran pendek, punchy, dan sering sarkastis tentang bagaimana bertahan dan berkembang sebagai orang kreatif di dunia yang tidak selalu mendukung kreativitas.
Untuk pengalaman penuh, sangat disarankan membaca buku aslinya, lengkap dengan kartun Hugh di setiap chapter. Kombinasi visual dan text membuat pesannya lebih powerful.
Ringkasan ini memberikan esensi dari filosofi Hugh, tetapi tidak menggantikan wisdom dan humor yang ada di setiap halaman buku aslinya.

